Inspirasiku


"Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu".
(At-Tahrim : 6)


Kini dia sudah mulai tua.. kerut diwajahnya.. cekung dibawah bola matanya.. uban di kepalanya.. serak suaranya.. rapuh tulangnya.. bukti nyata yang tak akan pernah bisa berdusta bahwa dia memang sekarang sudah benar-benar tua.. renta dalam usianya yang semakin senja..

Dia adalah inspirasiku dalam hidup.. seoarang yang tegas bahkan keras dalam urasan agama, tetapi sangat sangat demokratis dalam urusan dunia..

Dia adalah seseorang yang pertama kali menuntun lidahku untuk berucap syahadad, mendekatkanku dengan ayat Al-Qur’an, memberi contoh gerakan dan bacaan sholat, melatihku menahan lapar saat puasa, berkisah tentang kerasulan Muhammad saw, ya dia adalah seseorang yang pertama kali mengenalkanku pada keindahan Islam.. dia bukan alumni pesantren atau anak seorang kiai yang punya banyak bekal tentang agama, dia hanya seorang muslim yang berusaha taat.. bahkan pada masa mudanya dia buta tentang islam.. dia baru bener- bener mengenal dan mengamalkan islam selang beberapa tahun setelah dia menikah.. dari sebuah halaqah kecil dia mengenal islam.. pengalaman spiritualnya bagi orang lain mungkin biasa saja.. tetapi bagiku pengalaman spiritualnya adalah yang sungguh luar biasa, dari seorang yang buta agama menjadi seorang yang seorang visioner dalam agama terutama untuk keluargannya.. Dia adalah seseorang yang mempunyai tekad kuat membawa keluarga keluar dari kebutaan agama.. dengan pandangan awam bahkan minim tentang agama yang dia punya dia benar-benar berusaha keras membawa keluarga menuju derajad tertinggi dalam agama..


Tegas dalam agama,, dalam setiap hal yang berkaitan dengan agama dia sangat tegas.. apalagi pada masa- masa awal kami mengenal Islam.. semua anak-anaknya wajib masuk ke madrasah bukan SD biasa.. dulu aku berfikir alasanya hanya karena di madrasah masalah biaya belajar bisa dikompromikan dan juga madrasah itu ada di depan rumah, jadi tidak perlu biaya lebih.. ternyata bukan hanya karena itu, setelah sekian lama baru aku sadar, dia sengaja mewajibkan semua anaknya ke madrasah karena satu hal, dia ingin meletekkan dasar keagamaan memang dari dasar,, prinsipnya yang dasar memang harus dari dasar.. dan jujur hal itu sangat ngEfek ke anak-anaknya.. beneran.. boleh dipraktekin..

Aku di awal juga menyebut bahkan dia ‘keras’ dalam urasan agama.. Mungkin untuk mendiskripsikan kerasnya dia dalam agama sangatlah mudah.. Bahasa yang keras, sikapnya yang juga keras, bahkan tangan yang kerasnya juga sebuahbentuk implementasi ke’keras’annya dalam agama.. ada satu momen yang mungkin bisa mendiskripsikan hal itu dalam imajinasi nyata.. dan momen ini juga menjadi titik balik kehancuran ‘keras’nya dia..

“Subuh di bulan ramadhan kala itu seingatku aku masih duduk di kelas 5 SD.. sehabis sahur dia masuk kamar menunggu adzan dengan membuka dan membaca Al Qur’an.. entah mengapa kami (anak2) tidak seperti biasa, begitu ngantuk.. tanpa dia tau saat kumandang adzan kami langsung ambil air wudhu dan sholat munfarid tanpa jamaah dengan dia (seperti biasanya).. setelah sholat kami langsung tidur.. aneh betul waktu itu kami bener-bener ngantuk..
Dia keluar dan melihat kami tertidur, melihat keadaan yang tidak biasa, amarahnya tak tertahan, aku tau dia saat itu benar- benar khilaf.. amarah benar benar menguasainya.. tanpa kata dia mendatangi kami,, kakak perempuannku jadi sasaran,, dia memukuli muka kakaku dengan sandal berkali2,, aku inget betul apa yang dia katakana saat kejadian itu “ sudah dibilangin habis sahur jangan tidur.. sholat subuh dulu!!” suara itu begitu keras sekeras tangis kakakku yang juga tak tertahan.. ibu yang mendengar suara-suara itu langsung lari keluar dengan derai air mata tak tertahan meneriakinya, “Mereka itu sudah sholat!!!” seketika itu juga sandal yang dia pegang yang dia pake untuk memukuli wajah kakaku terlepas,, suara keras yang dia teriakan juga terhenti.. seketika itu juga dia meninggalkan kami langsung masuk ke kamar.. isak tangis kakaku masih begitu terdengar di keheningan subuh..

Hal yang paling membuat hatiku teriris bukan saat dia memukuli kakakku dan kakakku menangis keras.. bukan pula saat ibu keluar kamar sambil menangis mengatakan kalau kami sudah sholat. tetapi saat beberapa menit dia keluar kamar dengan mata begitu merah, air mata terus menetes, isak tangis yang berusaha dia tahan tapi tak tertahan.. dia berjalan dan bersimpuh di hadapan kakakku sambil menangis meminta maaf kepada kakakku, aku ingat seingat kata yang dia ucapkan ketika memukul kakak,, dia berkata masih dengan derai ari mata “Bapak minta maaf, bapak khilaf, bapak ga tau kalo kalian sudah sholat, bapak minta maaf, bapak khilaf” kata-kata itu yang di ulang-ulang.. kejadian yang terbayangkan oleh kami dan juga ibu,, bahwa dia sosok yang begitu keras bisa bersimpuh berderai air mata dengan mata begitu merah memohon maaf dari anaknya.. kejadian itu membuat kami semuua menangis..

Sejak itulah dia mulai tersadar dan tidak pernah lagi ‘keras’ kepada anak-anaknya. Jujur mataku selalu memerah ketika mengigat kejadian itu dan kadang air mata tanpa sadar juga keluar dari mata merahku.

Kini dia sudah mulai tua.. kerut diwajahnya.. cekung dibawah bola matanya.. uban di kepalanya.. serak suaranya.. rapuh tulangnya.. bukti nyata yang tak akan pernah bisa brdusta bahwa dia memang sekarang sudah benar-benar tua.. renta dalam usianya yang semakin senja..

Dia adalah seseorang yang selalu menaruh harapan besar kepada keluarga terutama semua anaknya.. harapan yang diwujudkan dengan gayanya.. gaya yang kadang membuat anak-anaknya merasa takut, merasa kurang nyaman.. tetapi aku sadar betul bahwa dia selalu berharap yang paling paling paling terbaik buat semuanya.. di usia senjanya meski semua harapnya belum sepenuhnya terpenuhi tapi aku yakin dia sudah mulai lega.. lega melepas anak-anaknya untuk kehidupan..

Dia adalah inspirasiku, seseorang dengan pengetahuan keagamaan yang minim tapi semangat keagamaan yang sangat luar biasa,, dia adalah bapakku… Selengkapnya...

make a mamory

Selengkapnya...