Karma : kau terlepas, aku terhempas..

Maaf.. Aku tak sanggup melihat.. Melihatmu.. Melihat kebahagiaanmu.. Yang tidak denganku. Terlalu kekanakan.. Akan aku akui itu.. Tapi sungguh.. Aku tak mampu.. Melihatmu.. Melihat kebahagiaan yang tidak denganku. Ingin ikut merasakan.. Merasa bahagia.. dari yang tersirat dalam senyummu.. Tetapi tak bisa.. Lagi – lagi kerena itu tidak denganku. Bukan untukku.. Bahagiamu. Tak perlu lagi eksistensimu memikirkan segala rasaku.. kau bebas.. Kau kini benar – benar telepas.. dan aku.. terhempas.. Selengkapnya...

Butterfly Effect


Have you ever done something wrong in the past? Surely everyone has done. And Have you ever wanted to go back to the past? I have. One time, I thought to get back to the past. it isn’t because I regret my life, but I wanted to fix my mistakes I’ve done in the past. But the thought stopped when I watched butterfly effect.

Here's a little excerpt from the film. Evan was met again with Kayleigh, his first love when he was a child. Kayleigh had a messy life. And Evan wanted to change the destiny of Kayleigh’s life. Evan had the ability to go back in the past and do many things. Evan succeded to change the past, but that happens in the future wasn’t like expected. Then Evan back again and again to the past. The goal was only one, changed the past of Kayleigh, but the result was the same because the destiny couldn’t be changed as he wants. The small changes in the past would be big effect in the future.
I became curious about what relation the title Butterfly Effect with the storyline that Evan wanted to change destiny.

Butterfly Effect is a situation in which an event will affect other events. Quoting from wikipedia, Butterfly effect refers to the idea that the flutter of a butterfly's wings in Brazil wilderness can produce tornadoes in Texas a few months later. Only slight changes in the initial conditions, can drastically change the behavior of the system in the long term. If the system starts by 2 as initial conditions, then the result will be much different if started by 2,000001. In fact, 0,000001 is very small and reasonable to ignore. In other words, a very small error will cause a catastrophe in the future.

A decision can to consequences change the state of things in the world. All the people, all the decisions, all the events always have connections and influence to others who take other decisions and generate another event anyway .
So, be careful with every detail decision we make, because it will effect our lives in the future. Perhaps the butterfly effect is destiny. Enjoy your life.


#Edisi bahasa inggris ngaco
Selengkapnya...

Sweet Isn’t Sweet If Never Tasted Sour

Sweet isn’t sweet if never tasted sour. A phrase from one of the scene films. Can you guess what movie is? That's the vanilla sky. The film who was starred by Tom Cruise made me to watch it two times. Why? The first time I watched,  storyline still baffled me. Lots of questions arise in my mind? Why like this? Why like that ? I didn’t fully understand this movie. Therefore, I took a time to watch the movie again. And finally my curious has gone. 

The stories told about "the dreams", Perfect life. Life was so beautiful and perfect for David (Tom Cruise).  He had everything. ​​ He was already rich at a young age, he had a loyal friend and he also had a perfect love, Sofia (Penelope cruz) was a girls who david loved. Everyone would very envy to him. 

Once, David suffered an accident. The accident changed the david’s life totally. His leg and face broken. He was accused  killing his girlfriend. So he had to go to prison. He also was considered as the man who lost his mind, then he was accompanied by a psychiatrist. And in the end, David realized that the happiness was just a dream. He was faced with a choice, whether to continue his dream or return to real life.

"Sweet  isn’t sweet if never tasted sour" said David’s friend. That's right, life won’t be perfect even in the films. Live is like a roller coaster, Sometimes we 're on the top and sometimes we are under. For some people perfect life is just a dream. Beautiful dream will more beautiful if we awakened and daring to pursue the dream to be real. Is it possible? Nothing impossible. Sometimes when we give up for everything , then we will get everything. The most important life is our gratitude to God who has given us life. Enjoy your life.


#edisi bahasa inggris ngaco
Selengkapnya...

Aku harus yakin itu

Dalam sebuah forum diskusi seorang teman menceritakan sebuah kisah, kira-kira begini, “Di sebuah perempatan jalan terjadi kecelakaan beruntun yang menewaskan bebeberapa orang, diantara korban yang meninggal ada seorang ustadz, ada ibu hamil, seorang anak kecil”. Penyebab dan kronologi-nya sangat tidak jelas, pokomen begitu. Sebuah pertanyaan mengakhiri kisah itu, “siapakah diantara ketiga-nya yang masuk surga?”. Pertanyaan aneh, seaneh kisahnya. Dan inilah beberapa jawaban dari teman diskusi lain, “si ustadz dong, jelas dia kan ustadz”, Jelas apanya? “si ibu hamil, karena dia sedang memperjuangkan sebuah kehidupan”, “si anak kecil, dia belum punya dosa”. Sedangkan aku, “bukan urusanku, itu urusan Tuhan”. Dan beberapa jawaban lain, pun berinti sama. Ternyata, “Salah semua! Siapa diantara mereka yang Muhammadiyah atau NU, maka dialah yang masuk surga”. Apa hubungannya? “karena surga sudah di kavling NU dan Muhammadiyah tok, hahaha”. Aneh. Tentu saja kisah itu hanya candaan belaka. Tetapi yang mendasari candaan itu adalah realitas. Organisasi ataupun kelompok Islam yang seharusnya menjadi kaki tangan agama, seakan menghianati agamanya dan menjadi agama sendiri. Klaim kebenaran tidak lagi disandarkan pada kebenaran agama, tetapi hanya pada kebenaran kelompok mereka sendiri. Penafsiran - penafsiran ajaran agama disesuaikan dengan kepentingan kelompok. Memilah, memilih dan meramu ajaran agama untuk pembenaran dari cela yang mungkin terlihat di kelompok tersebut. Klaim kebenaran saat ini bukan lagi masalah yang diperdebatkan antar agama, tetapi juga menjadi biang debat internal agama itu sendiri. Barangkali bisa dimaklumi jika klaim itu hanya tumbuh dan berkembang di dalam kelompok masing-masing, loyalitas terhadap kelompok akan semakin kuat. Tatapi tidak! Kebenaran kelompok dijadikan senjata sekaligus tameng untuk menyerang kebenaran kelompok lain. Bukan lagi loyalitas tetapi menjadi fanatisme kolompok yang berlebihan. Hilanglah toleransi, hilang saling menghargai kemudian berujung pada benci dan caci maki. Khilafiah adalah fitrah, tetapi klaim kebenaran adalah salah kaprah! Ada sebuah kisah aneh, suatu ketika di sebuah kampung diadakan pengajian akbar. Ketika seorang ustadz pengisi pengajian hendak naik mimbar, dia berdiri dan berkata, “disini ada orang golongan X tidak? Kalau ada, saya tidak mau naik mimbar!” memang kebetulan pengjian kampung itu diadakan dalam komunitas golongan Y. Aneh. Kisah aneh lain, Suatu ketika seorang dari golongan Y berada dalam masjid yang kebetulan lagi sebagian jamaahnya adalah golongan X. Sampai saatnya waktu sholat imam belum juga datang, jadi seseorang itu pun dipaksa jadi imam. Setelah sholat selesai, zikir selesai, sang imam yang dipaksa itupun meninggalkan masjid. Dan kisah pun berlanjut, salah satu jamaah berdiri dan iqomah lagi, jamaah lain berdiri dan mereka sholat lagi! Lagi-lagi aneh. Dahulu dalam kacamata awam, Islam hanya ada dua, yaitu syiah dan sunni. Sekarang bertambah Islam Muhammadiyah, Islam NU, Islam X, Islam Y dan lain-lain. Bahkan orang yang berusaha netral dengan tidak mengikuti salah satu kelompok pun tetap mendapat label sendiri, ada yang menyebut Islam Nasionalis, ada juga yang Islam Netralis. Pun sama ketika bertemu dengan kelompok lain akan di cap laisa minna kemudian berujung pada hal sama pula, klaim kebenaran dan kebencian. Tetapi sudahlah. Seperti jawabanku ketika menjawab pertanyaan aneh diatas, “itu bukan urusanku”. Aku baru tahu Islam menurut Hamka, Islam menurut Natsir, Islam menurut Abduh, Islam menurut ulama-ulama kuno, Islam menurut Johan, Islam menurut Subki, Islam menurut yang lain. Terus terang aku tidak puas. Yang kucari belum ketemu, belum kudapat, yaitu Islam menurut Allah, pembuatnya. Bagaimana? Langsung studi dari Al Qur’an dan Sunnah? Akan kucoba. Tetapi orang lain pun akan beranggapan yang kudapat adalah Islam menurut aku sendiri. Tapi biar, yang penting adalah keyakinan dalam akal sehatku bahwa yang kupahami itu adalah Islam yang menurut Allah. Aku harus yakin itu. (Mengutip tulisan Ahmad Wahib, seorang penulis yang menyapa Tuhan begitu akrab) Selengkapnya...

Blogku SayangBlogku Malang

Blogku sayang blogku malang. Dari sejak lahir sampai sekarang -ternyata sudah 2012- masih begini-begini saja. Lebih dari dua tahun dipelihara ga’ ada progress sama sekali. Template masih sama, followers tetap sama , lay out pun sama. Postingan? Apalagi, sama. Hanya kalender dan jam digital yang mengalami perubahan, angkanya, lumayan. Ibarat kata, mati segan hidup pun ogah. Maaf, bakan tanpa alasan. Saya nggak punya pulsaaa -iklan. Pulsa? Kalau itu memang bisa dijadikan alasan, izinkan saya memberi memberi penjelasan. Begini, selama ini untuk nge-blog, saya harus pakai modem -diluar kantor yang gratis dan warnet yang bayar. Niah, maksud pulsa disini adalah itu, pulsa modem. Tidak ada pulsa untuk posting atau sekedar baca ulang tulisan lebay atau mendengarkan backsound make a memory atau cuma hanya sekedar -tiga kata satu makna digabung jadi satu = penekanan- login. Kasihaan. Bukan, bukan itu alasan sebenarnya. Itu hanya alasan yang dibuat-buat. Saya TIDAK BISA menulis. Maaf, ada kata yang ditulis kapital, bukan untuk pamer. Lagipula apa yang yang bisa dipamerin dari tidak bisa. Hanya menegaskan saja. Dan benar itu adalah alasan yang sebenar-benarnya. Pertanyaan yang muncul kemudian, tidak bisa menulis kenapa membuat blog? Jawabannya adalah saya bercita-cita untuk bisa menulis, bukan penulis. Bedakan dan tolong fahami. Saya kira lebih wajar, tidak bisa menulis menjadi bisa menulis daripada tidak bisa menulis menjadi penulis. Sangat naif alias lugu, lucu tur wagu. Ya, dunia ini memang lucu. Hidup ini lucu. Manusianya lucu dan nasibnya pun lucu. Atau memang sengaja dibuat lucu dari sono-nya. Kadang yang dulu disuka sekarang dibenci, yang dulu dibenci sekarang malah justru semakin sibenci, eh maksudnya sebaliknya. Pelajaran hidup : hati-hati jika membenci dan atau menyuka karena suatu saat bisa jadi berbalik, menyuka dan atau membenci. Who never know. Cerita saya dan menulis mungkin juga bisa dikatakan lucu. Bahkan mungkin perlu ditambah kata tur wagu di belakangnya. Begini, dikisahkan ketika kelas 5 atau 6 SD, pada bagian tes essai pelajaran bahasa indonesia selalu ada “Kalimat Buatlah Sebuah Karangan!”. Ya seperti itu, cetak tebal dan tanda penthung -tanda seru- dibelakangnya. Ketika melihat, membaca dan memahami perintah itu, mendadak tiba-tiba bulu kuduk merinding, tiba-tiba badan menggigil, tiba-tiba kepala pening, tiba-tiba jari-jari kaku, tiba-tiba bicara gagu, tiba-tiba otak beku. Dan tiba-tiba yang terakhir, tiba-tiba saya mati kutu. Ya, tiba-tiba semuanya menjadi tiba-tiba. Betulkah seperti itu? Tidak, saya melibih-lebihkan gambaran itu. Gambaran yang menggambarkan bahwa saya TIDAK SUKA menulis. Maaf, sekali lagi ada yang saya tulis dengan kapital. Bukan untuk pamer. Lagipula apa yang bisa dipamerin dari tidak suka. Hanya menegaskan saja. Wiwiting tresno jalaran seko kulino. Kulino atau kepekso? Dua-duanya. Kebiasaan dan keterpaksaan. Pertama, tuntutan akademik, hampir setiap mata kuliah diharuskan = makalah + presentasi. Mau atau tidak, menulis -makalah- hukumnya wajib. Kedua, salah gaul, para senior yang saya gauli dan kadang juga menggauli, selalu mendoktrin = baca + tulis. Dan dalam pergaulan ini, menulis hukumnya sunnah muakad. Kecintaan timbul dari seringnya berinteraksi. Itulah kira-kira arti dari kalimat diawal paragraf. Dan lama kelamaan saya sangat dekat dengan dunia ini. Dunia yang syarat utamanya tidak bisa saya penuhi. Dunia menulis. Saya SUKA menulis. Maaf, untuk kesekian kali ada kata yang saya tulis dengan kapital. Bukan untuk penegasan. Lagi pula apa yang ditegaskan dari kata suka. Hanya pemer saja, Niaah. Tetapi ternyata suka tidak sama dengan bisa. Bukan tanpa usaha. Pernah saya bergabung dalam forum menulis, RESCI. Maaf, ada kapital lagi. Stop! Ini bukan pamer atau tidak pamer. Ini adalah singkatan nama. RESCI, Religion and Social Changed Institute. Forum dengan tema besar masalah perubahan sosial dan keberagamaan. Dan disini saya benar-benar merasakan bahwa menulis tidaklah gampang. Butuh analisis kritis, kritik konstruktif, penyelesaian solutif atau apalah. Otak saya dibuat cekot-cekot dengan itu. Dan saya frustasi. Kemudian saya beralih kepada menulis yang menurut saya -saat itu- lebih mudah, menulis fiksi. Modal utama sudah ditangan, melamun, membayangkan dan mendramatisir keadaan. Ya, sedikit banyak sudah menjadi kebiasaan saya. Tinggal dituangin kedalam tulisan dan menulis. Tetapi ternyata itupun tidaklah gampang. Kembali ke masalah awal, otak saya cekot-cekot. Dan aku benar-benar frustasi. Ya sudahlah. Akhiri saja tulisan ini sebelum frustasi ini menjadi. Tetapi sebelumnya izinkan saya memberi klarifikasi dan juga koreksi. Pertama, Maaf, alur tulisan ini ngalor-ngidul ga’ genah. Kata dan makna yang tidak karuan, juga omitting dan elliptic yang tidak semestinya. Kedua, maaf terlalu banyak kata maaf. Kata orang, kata yang terlalu banyak diulang malah justru menunjukkan ketidakseriusan makna dari si pengucap kata. Semisal cinta cinta cinta, menunjukkan makna tidak benar-benar cinta, benci benci benci, menunjukkan makn aticak benar-benar benci. Pun juga dengan kata maaf maaf maaf dalam tulisan ini. Bukan tanpa sengaja, ini sengaja. Maaf. Baiklah. Agar terlihat nyambung dengan tema awal tulisan, maka kalimat terakhhir dalam tulisan ini saya tulis : blogku sayang blokku malang. Selengkapnya...

Kangen

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku…
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api


:: Emapat Kumpulan Sajak, WS. RENDRA Selengkapnya...